SUARABINTARA.COM – TULUNGAGUNG, Kamis, 23 Januari 2025 – Romo Abah Yai RH. Muh Yasin, Telah “Marak Sowan Tinimbalan Dening Pangeran” atau dalam Bahasa Indonesia “Meninggal Dunia” di Usia 78 Tahun
Almaghfurlah (Romo Abah Yai) dikabarkan Meninggal dunia di RSUD dr. Iskak Tulungagung pada Pukul 17.00 WIB.
“Sebelum Meninggal, Abah Sempat dirawat Selama kurang lebih 1 minggu karena usai menjalani Operasi Prostat” –Kata Keluarga Ndalem
Sempat Pulang usai Operasi Pekan Lalu, Kondisi Romo Yai kembali memburuk pada Kamis siang Sekitar pukul 15.30 WIB, Lalu Tim Dokter menyatakan bahwa kondisi beliau sudah sangat Kritis. Tak lama kemudian, Selang 2 Jam sekitar pukul 17.00 WIB, Romo Yai menghembuskan nafas terakhirnya di ruang ICU RSUD dr.Iskak Tulungagung
Tak Sampai 2 Jam Setelah Dikabarkan Wafat, Kabar Tersebut dengan Cepat tersebar luas, yang membuat sejumlah Tokoh dan Masyarakat serta Santri Beliau dari Masa Lampau Hingga Hari ini Berbondong-bondong ke Rumah Duka di Kasepuhan Majan Tulungagung Untuk Ikut Mensholatkan dan Mengiringi Beliau Hingga Pasarean yang terletak Persis pas di Samping Sarean Mbah KHR Khasan Mimbar Majan dan “Disareaken” atau Dikebumikan tepat Malam Jum’at Legi, Pkl. 22.00 WIB dini hari .
Almahfurlah Romo Yai RH. Muh Yasin atau kerap Disapa Abah Yasin lahir di Majan pada 1 Juli 1947 dari pasangan Eyang Kyai Raden Abdul Said dan Eyang Rr. Mas Alatun, Dimana ia merupakan keturunan Ke-enam dari Ulama Masyhur di Tulungagung yang juga Sebagai Pelaku Sejarah Berdirinya Kabupaten Tulungagung, tidak lain ialah Eyang Kyai Ageng Haji Raden Hasan Mimbar, Ulama sekaligus Umaro’ Islam pertama di Kadipaten Ngrowo,
Sejarah singkat, Dahulu Romo Yai / Abah Yasin pernah menjabat sebagai Kepala Desa (Kades) Selama 2 (dua) Periode, yaitu selama 18 tahun
Menelisik Sejarah Romo Yai memiliki kontribusi besar dalam menjaga Peradaban dan Sejarah Maupun Tradisi di Desa Majan, mengingat Majan adalah Desa Perdikan yang Melebur didalam Pemerintahan baru tahun 1979 , sebelumnya Desa Perdikan Menjalankan Pemerintahan Mandiri sejak Eyang Hasan Mimbar, yang dimana “Parentah Ageng” atau Kepala Tertinggi Pemerintahan Wilayah disebut Kepala Kyai .
Romo Yai Semasa hidup Sangat Getol dalam Menjaga Sejarah Peradaban Perdikan Majan, Mulai dari Melestarikan Situs Majan hingga Dakwah Pluralisme Pesantren Klasik yang Santri Suwitonya / “Santri Sepuh” sangat Banyak hingga saat ini
Saat Romo Yai Masih Sugeng, Beliau Getol Melestarikan Peninggalan peninggalan Eyang Hasan Mimbar,
“Termasuk Sarean Sentono Dalem, Masjid Jami’ Kagungan Dalem, Pendopo, Serta ritual-ritual peninggalan Eyang Kyai Ageng Raden Hasan Mimbar” -kata Keluarga Ndalem
Romo Yai dikaruniai 5 (lima) orang Anak, yaitu :
- R. Moh Arif Nasucha
- Kyai R. Choirul Anam
- Dr. Raden Moh Ali Sodik
- Raden Moh Ibnu Aqil
- Rr. Yusfina al Amiroh
Sebelum “Mangkat” atau Meninggal Dunia, Romo Yai Sempat diundang oleh Presiden Republik Indonesia , Bpk. H. Prabowo Subianto dalam Agenda Silaturrahmi Sesepuh Keluarga Ndalem sebagai bentuk Penghargaan atas Perjuangannya dalam Membesarkan nama Kasepuhan Perdikan Majan Tulungagung,
Sebelum “Mangkat” atau Meninggal dunia, Romo Yai berpesan kepada anak ketiganya, Dr. Raden Moh Ali Sodik, untuk melanjutkan perjuangan dan menyelesaikan urusan Kasepuhan Majan Hingga Purna.
Pada 2024 lalu, Romo Yai pernah mengatakan atau dalam Bahasa Jawa “Sanepan” yaitu bahwa Keluarga Besar Kasepuhan Majan akan kembali bersatu, dengan Kata Kata :
“Sing adoh-adoh podo mulih”
yang bermakna semua yang jauh akan kembali pulang
Kepergian Romo Yai Meninggalkan suatu hal yang amat sangat mendalam dirasakan oleh Masyarakat dan Seluruh Warga Majan.
Romo Yai Terkenal dengan Gaya khas Jenaka dengan Gaya Bicaranya, Berwibawa nan Tegas namun Humanis yang amat melekat pada diri Beliau , Hingga saat ini setelah Kepergian beliau Para Santri “Suwito” dari Berbagai Lintas Generasi dan Masa masih senantiasa Hurmat Ta’dhim di Masjid Jami’ Kagungan Ndalem – Al Mimbar Majan . (red.)
Sumber : Tepas Pawarta Dalem Kasepuhan Perdikan Majan