Tabligh Akbar Kasepuhan dalam Rangka Ruwatan Agung Perjuangan Walisongo: Menjaga Warisan Budaya Leluhur dan Pancasila

banner 120x600
banner 468x60

SUARABINTARA.COM – Tulungagung, 09 November 2024 – Dalam rangka memperingati perjuangan Walisongo dan menjaga warisan budaya Nusantara, Yayasan Sentono Dalem Perdikan Majan menggelar acara Tabligh Akbar Kasepuhan yang dilaksanakan di Masjid Ageng Al Mimbar Majan, Tulungagung. Acara ini bertajuk Ruwatan Agung Perjuangan Walisongo dan menghadirkan narasumber KH. Imaduddin Al Bantani, seorang ulama yang sangat dihormati di kalangan masyarakat dengan karya ilmiah yang luar biasa.

Acara yang dihadiri oleh berbagai tokoh penting dari berbagai organisasi dan lembaga ini dibuka dengan penghormatan kepada Ketua Umum Perjuangan Waliongo Indonesia, KH. Abbas Billy Yahchsie, Dr. Raden Moh. Ali Sodik Ketua Umum Yasendam, serta sejumlah tokoh dan pengurus lainnya. Dalam kesempatan tersebut, KH. Imaduddin Al Bantani menyampaikan ceramah yang penuh makna tentang pentingnya menjaga sejarah, budaya, dan nasionalisme Indonesia.

banner 325x300

“Saat ini kita melihat betapa pentingnya menjaga budaya Nusantara, khususnya budaya Mataraman, sebagai warisan para leluhur yang telah meletakkan dasar-dasar Kabupaten Tulungagung,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa menjaga sejarah yang benar sangat penting untuk membangun mentalitas bangsa yang kuat dan merdeka. Salah satunya adalah dengan memahami bahwa kemerdekaan Indonesia harus terus dijaga dan dihormati.

Dalam ceramahnya, KH. Imaduddin mengutip pendapat dari seorang politikus Jerman yang menyebutkan bahwa untuk mengalahkan sebuah bangsa, cukup dengan merubah sejarahnya.

“Kalau kita ingin mengalahkan bangsa lain, cukup rubah sejarahnya. Hancurkan mental bangsa itu, ubah mereka menjadi budak, dan dalam beberapa generasi, bangsa tersebut akan hilang identitasnya,” jelasnya.

Dalam konteks ini, ia menekankan bahwa kesadaran akan sejarah yang benar dan kuat akan memengaruhi sikap dan semangat nasionalisme setiap individu.

Pembicara juga menyinggung pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, yang bukan hanya sekadar rumusan yang digali oleh Soekarno pada 1 Juni 1945, tetapi juga merupakan buah dari budaya dan peradaban Indonesia yang telah ada jauh sebelum Pancasila dirumuskan. Ia mengingatkan bahwa kelima sila Pancasila—Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan pilar yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam.

“Indonesia dibangun atas dasar kebersamaan, di mana semua suku dan agama dihormati setara, tanpa ada yang lebih unggul atau terdiskriminasi. Hal ini tercermin dalam sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,” jelasnya.

Sebagai tambahan, pembicara menyatakan bahwa sejarah bangsa Indonesia yang panjang, meski terkadang diliputi oleh kesalahpahaman, harus tetap dihargai. Ia mencontohkan perjuangan tokoh-tokoh seperti Utsman bin Yahya yang berjuang melawan Belanda pada 1888, meski dianggap sebagai pemberontak pada saat itu.

“Mereka berjuang untuk kebebasan bangsa ini, meskipun mereka tidak tahu Indonesia akan merdeka pada 1945,” tuturnya.

Acara ini juga menyoroti pentingnya kontribusi seluruh lapisan masyarakat, termasuk ibu-ibu dan anak-anak, dalam menjaga keberagaman dan persatuan bangsa.

“Perjuangan untuk Indonesia Raya bukan hanya tanggung jawab bapak-bapak saja, tetapi juga seluruh elemen masyarakat, baik laki-laki, perempuan, bahkan anak-anak kita,” tegasnya.

Sebagai penutupan, KH. Imaduddin mengajak semua pihak untuk terus menjaga kebersamaan dalam beragama dan berbangsa.

“Agama harus dipelajari dengan benar dan tidak hanya menjadi panggung hiburan. Islam, misalnya, harus tetap ilmiah dan bukan sekadar simbol tanpa makna,” ungkapnya.

Ia juga mengajak para hadirin untuk senantiasa berdoa dan berusaha menjaga keberkahan tanah Indonesia.

Dalam acara yang penuh dengan refleksi sejarah dan nasionalisme ini, para peserta diingatkan akan pentingnya menjaga kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu, serta memastikan bahwa setiap generasi melanjutkan perjuangan untuk Indonesia yang lebih baik.

Hidup Indonesia Raya! Merdeka! -RED RB

banner 325x300