SUARABINTARA.COM – Tulungagung, 09 November 2024 — Acara “Ruatan Agung Perjuangan Wali Songo” yang digelar di Kabupaten Tulungagung berlangsung meriah dan khidmat pada malam ini. Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Kiai Imaduddin Albantani, dan Kiai Abbas Billy Yahchsie yang kehadirannya sangat dinantikan sejak bulan Maulid lalu. Kehadiran beliau merupakan momen istimewa bagi keluarga Sentono dan masyarakat Majan, karena Kiai Imaduddin merupakan bagian dari keluarga besar Mataram.
Acara tersebut juga dihadiri oleh para sesepuh Yasendam seperti Abah Raden Yasin dan Abah Raden Mahmudi, serta sejumlah Romo Kiai, alim ulama, dan para Gus yang turut hadir dari berbagai wilayah. Dalam sambutannya, Ketua Umum Yasendam menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh undangan yang berpartisipasi, termasuk pengurus PWI LS Jawa Timur dan PWI LS Sematraman, serta para tamu undangan yang hadir.
“Kami bersyukur karena pada malam hari ini kita dapat berkumpul dalam acara silaturahim dengan tema ‘Ruatan Agung Perjuangan Wali Songo’, sekaligus melaksanakan pelantikan PWLS Sematraman. Semoga acara ini membawa barokah dan syafaat dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,” ujar Dr. Raden Ali.
Pelestarian Sejarah dan Warisan Leluhur
Acara ini digelar sebagai bentuk kepedulian terhadap sejarah dan perjuangan leluhur, khususnya di Kabupaten Tulungagung. Dalam sambutannya, pihak keluarga Sentono menjelaskan bahwa leluhur mereka telah berperan besar dalam membentuk wilayah Tulungagung, termasuk menegakkan ajaran Islam di Kadipaten Ngrowo.
Leluhur seperti Eyang K.H. Raden Hasan Mimbar, yang ditunjuk sebagai penyiar Islam di wilayah tersebut, hingga Raden Mas Tumenggung Pringgodiningrat yang merupakan Bupati ke-10 Tulungagung, menjadi bagian dari sejarah panjang perjuangan yang dilestarikan oleh keluarga Sentono. Namun, belakangan ini banyak situs sejarah yang dikuasai oleh pihak luar, sehingga perlu adanya upaya bersama untuk menjaga dan merawat peninggalan sejarah ini.
“Pada malam ini, kami serahkan sebuah pusaka yang diberikan oleh sesepuh sebagai simbol dukungan terhadap perjuangan Wali Songo di Indonesia. Ini sebagai bentuk dukungan keluarga Sentono terhadap pelestarian sejarah Indonesia,” ujar Dr. Raden Ali.
Ajakan Melestarikan Warisan Kiai Kampung
Selain menyoroti sejarah perjuangan leluhur, keluarga Sentono juga mengajak masyarakat untuk tidak melupakan peran para kiai, khususnya kiai kampung yang telah mengajarkan ilmu agama dan pendidikan kepada masyarakat. Mereka menegaskan pentingnya menghormati para kiai tanpa memandang latar belakang, serta menjaga nilai-nilai yang telah diwariskan oleh para ulama terdahulu.
“Kita harus sadar bahwa jika dalam 5 hingga 10 tahun ke depan kita tidak segera menjaga dan melestarikan sejarah perjuangan leluhur, maka anak cucu kita tidak akan mengenal apa yang telah kita perjuangkan. Oleh karena itu, kita harus menorehkan sejarah yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya,” tegas Raden Ali.
Ruwatan Agung Terdaftar di HAKI
Sebagai langkah nyata dalam pelestarian budaya, keluarga Sentono mengumumkan bahwa acara “Ruatan Agung Perjuangan Wali Songo” telah resmi didaftarkan ke Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Republik Indonesia. Pendaftaran ini diharapkan dapat menjadikan acara tersebut sebagai tradisi tahunan yang lebih besar dan meriah di masa mendatang.
Acara ditutup dengan pekikan semangat:
“Siapa kita? PWI LS, NKRI! Harga Mati, Pancasila! Jaya, Nusantara! Milik Kita”
Malam penuh barokah ini diakhiri dengan doa bersama, harapan besar agar perjuangan Wali Songo dan leluhur bangsa terus terjaga demi masa depan yang lebih baik. -RED. RB