SUARABINTARA.COM – TULUNGAGUNG , Kasepuhan Perdikan Majan menggelar untuk pertama kalinya Ruwatan Agung Perjuangan Wali Songo. Dalam acara tersebut, sekaligus dilaksanakan pelantikan pengurus Perjuangan Wali Songo (PWI) Laskar Sabilillah se-Matraman. Acara pelantikan diadakan pada hari Sabtu, 9 November 2024, di Masjid Al Mimbar Kasepuhan Perdikan Majan.
Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan Sholawat Kubro yang diikuti oleh ratusan jamaah, serta pembacaan sholawat oleh grup kesenian Ats Suraya. Acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, “Ya Lal Wathan”, dan Mars PWI LS (Perjuangan Wali Songo Laskar Sabilillah).
Setelah itu, dilakukan resepsi pelantikan PWI LS se-wilayah Matraman yang mencakup Tulungagung, Blitar, Kediri, Trenggalek, dan Nganjuk. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Sentono Dalem Perdikan Majan, Dr. Raden Ali.
Puncak acara adalah Mauidzah Hasanah oleh Kiai Abbas Billy Yahchsie, yang kembali menekankan bahwa PWI LS adalah bagian dari orang-orang NU. Jika ada yang tidak menyukai hal tersebut, mereka akan mencoba memecah belah kami.
“Alasan terbentuknya PWI LS ini adalah karena kecintaan kita terhadap Indonesia, maka kita harus waspada terhadap klan Ba’alawi. Jangan sampai negeri kita menjadi seperti Mesir, Yaman, atau Palestina. Mereka yang mengaku sebagai cucu Rasulullah SAW dengan sengaja memalsukan data-data yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan mereka hanyalah untuk mencari uang, menuruti hawa nafsu, dan merebut bangsa Indonesia,” tegas Kiai Abbas.
Salah satu sorotan utama dari acara tersebut adalah cerita pembongkaran 78 makam palsu di Wonosobo yang terjadi pada tahun 2022. Kejadian tersebut mengungkapkan bahwa makam-makam yang selama ini dianggap sebagai situs bersejarah ternyata kosong. Menurut kesaksian warga setempat, makam tersebut sebelumnya hanya berupa kolam, namun secara tiba-tiba diubah menjadi makam oleh oknum tertentu, termasuk oknum yang mengaku sebagai keturunan Habib, tanpa sepengetahuan para sesepuh dan pihak terkait.
Pembongkaran makam ini menjadi langkah penting yang diambil oleh masyarakat bersama Laskar Sabilillah, yang merasa perlu menjaga keaslian situs-situs sejarah. Dalam prosesnya, mereka bekerja sama dengan Banser dan masyarakat lokal untuk membongkar makam palsu tersebut. Namun, pertanyaan yang menggelitik muncul: Mengapa selama dua tahun, dari 2022 hingga 2024, pihak-pihak berwenang, seperti pemerintah daerah dan organisasi-organisasi besar seperti NU, justru diam menyikapi perusakan sejarah ini?
Kiai Abbas menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan leluhur, serta tidak tinggal diam terhadap pengubahan sejarah yang tidak berdasar. Ia mengajak seluruh masyarakat, terutama para kiai dan pengurus Nahdlatul Ulama (NU), untuk tidak takut dalam membela kebenaran dan menegakkan martabat bangsa.
“Kita harus melawan segala bentuk kebatilan yang merusak nama baik leluhur kita. Jangan hanya berani berbicara, tetapi tidak bertindak,” tegasnya.
Selanjutnya, Beliau juga menyampaikan tentang kejadian yang terjadi di makam Mbah Ishak, di mana oknum-oknum tertentu mencoba membangun makam palsu di sebelah makam asli tanpa izin keluarga. Hal ini menjadi isu serius, mengingat kejadian serupa sering terjadi di beberapa tempat, termasuk pelaksanaan haul yang dibajak oleh pihak lain.
Masalah ini, menurutnya, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pemerintah daerah, termasuk lurah dan kepolisian, diminta untuk bertindak tegas terhadap pemalsuan sejarah semacam ini. Dalam beberapa kasus, acara haul yang sah bahkan dibajak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Disisi lain, Fakta sejarah menunjukkan bahwa Yaman pernah terpecah menjadi dua bagian, di mana Yaman Selatan menjadi negara komunis. Dahulu, penjajah Belanda membawa Ba’alawi ke Indonesia dengan tujuan merusak dari dalam melalui para habaib Yahudi Ashkenazi. Tiga jalur ilmiah telah membuktikan bahwa mereka memiliki gen Yahudi.
Pertama, manuskrip-manuskrip lama yang diteliti menunjukkan bahwa mereka tidak bisa disebut sebagai cucu Rasulullah SAW.
Kemudian, kajian filologi mengungkapkan bahwa mereka mustahil menjadi keturunan Rasulullah SAW karena termasuk dalam kelompok Yahudi. Selain itu, uji genetika melalui tes darah dan DNA menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan Yahudi Ashkenazi. Hingga saat ini, sebanyak 190 orang dari berbagai marga Ba’alawi telah menjalani tes genetika, dan hasilnya tidak ada yang menunjukkan keterkaitan dengan keturunan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, kita harus selalu waspada terhadap klaim asal-usul mereka.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barang siapa yang mengaku-ngaku nasab (keturunan) yang tidak diketahuinya, maka ia menjadi kafir kepada Allah SWT. Dan barang siapa yang mengingkari nasab, meskipun nasab tersebut samar, maka ia juga menjadi kafir kepada Allah SWT” (HR. Thabarani).
Kiai Abbas juga mengingatkan bahwa perjuangan untuk mempertahankan martabat bangsa dan ulama harus dilakukan dengan tegas.
“Jangan takut melawan siapa pun yang berusaha merusak sejarah dan nama baik bangsa ini,” ujarnya.
“Jika kita diam, kita sama saja mendukung kebatilan. Kita harus menjaga warisan sejarah dan budaya kita, termasuk yang terkait dengan Islamisasi di Indonesia.”
Mengakhiri Mauidzah Hasanah, ia mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu, menjaga kebenaran, dan membela para ulama serta bangsa Indonesia.
“Mari kita bentuk Laskar Sabilillah dari Sabang hingga Merauke untuk melawan ketidakadilan dan menjaga kebenaran,” tutupnya.
Acara tersebut menegaskan pentingnya menjaga sejarah, adat, dan budaya Indonesia dari perubahan yang tidak sesuai dengan kebenaran. Masyarakat Majan bersama Laskar Sabilillah berkomitmen untuk terus memperjuangkan hak-hak mereka dan menjaga martabat bangsa, ulama, dan leluhur dari ancaman kebohongan dan pemalsuan sejarah. -RED RB